Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris

Berita, Uncategorized340 Dilihat
banner 468x60

Lebak, 86News.co – Sejumlah kalangan, termasuk pemerintah, sempat menyebut bahwa aktivitas gurandil di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menjadi penyebab banjir bandang di Lebak pada 1 Januari 2020. Gurandil pun jadi sosok yang dicari warga dan polisi.

Gurandil merupakan sebutan bagi penambang di tambang emas tanpa izin atau liar.

banner 336x280

Di sisi lain, Kepolisian, TNI, dan dinas terkait memang sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang bertugas untuk menertibkan aktivitas gurandil di TNGHS. Hingga saat ini, Satgas PETI telah menutup 36 lubang PETI di TNGHS.
1. Gurandil merasa diperlakukan bak teroris

Salah satu gurandil di Kabupaten Lebak yang enggan disebutkan namanya mengaku saat ini dia dan teman-temannya merasa diperlakukan seperti teroris. Dia mengaku takut pulang.

Pemuda 24 tahun itu bahkan sempat mendengar ada isu dari mulut ke mulut. “Ada yang bilang, ‘gurandil yang ketahuan ada di lokasi (tambang), tembak mati saja’. Udah kayak teroris aja,” kata dia.

Oleh karena itu, dia tak pernah kembali ke lokasi tambang sejak banjir bandang melanda Lebak.

Isu itu, menurut dia, muncul setelah pemerintah menyebut bahwa banjir bandang disebabkan aktivitas gurandil di TNGHS. “Rumor itu dari mulut ke mulut, jadi para gurandil ketakutan gak ada yang balik lagi,” jelasnya. Mereka takut ditangkap polisi.

2. Semenjak PETI ditutup, para gurandil bingung mau bekerja apa

Sebut saja namanya Endil (bukan nama sebenarnya). Pemuda 25 tahun ini mengaku sedang kebingungan karena tak lagi punya mata pencaharian sejak PETI ditutup aparat.

Menurut dia, hampir 99 persen warga di kampungnya berprofesi sebagai gurandil. Tak hanya dia yang bingung, menurut Endil.

“Soalnya mata pencaharian kami cuma di sana jadi gurandil ini. Kalau gurandil ditutup gini, emang pemerintah sanggup membiayai hidup kami? Kan gurandil juga punya anak istri, pemerintah mau ngasih susu anak-anak kami? Ngasih makan anak istri kami di rumah?” kata dia.

Menurut dia, sejak PETI ditutup, kasus-kasus pencurian sepeda motor dan lainnya mulai bermunculan di kampungnya. Dia menduga, kriminalitas itu terkait dengan para gurandil yang kini pengangguran.

3. Gurandil bantah PETI jadi penyebab banjir

Endil pun membantah aktivitas PETI disebut sebagai biang kerok dan penyebab banjir bandang dan longsor. Ketika bencana itu datang, mereka masih di lokasi dan tidak terjadi bencana longsor. Dia baru mengetahui banjir dan longsor dua hari setelah kejadian.

“Kata saya mah, gurandil hanya dijadikan kambing hitam oleh pemerintah. Menurut saya ada unsur perusahaan besar mau masuk ke sana,” kata dia.

4. Banyak pihak yang menikmati hasil dari gurandil

Disampaikan Endil, para gurandil belum pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah bahwa jika ingin melakukan aktivitas pertambangan harus berizin. Selama ini, menurur dia, mereka selalu menyetor kepada oknum agar tambang mereka aman.

“Ada jatah setoran gitu. Waktu itu, setiap lobang dimintanya 2 beban. Nilainya belum tentu tergantung kandungan emas,” kata dia.

“Dua beban” yang dimaksud Endil adalah dua karung batu yang mengandung emas.
Namun disayangkan meskipun ada jatah buat para pengelola entah mereka itu punya jabatan atau tidak yang jelas mereka pengelola, namun tetap saja ketika ada oprasi GURANIL lah yang selalu di korbankan.ungkap YS

Warsa

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *