Pangandaran, 86News.co – RYCAM JAMTANI Ajak Generasi Muda Pangandaran Hijaukan bumi, ini merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan pertanian ekologis yang berkeadilan melalui berbagai program, termasuk pendidikan lingkungan bagi generasi muda.
Dalam penanaman pohon ini, Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI) mengundang partisipasi aktif dalam aksi penanaman pohon “Seribu Pohon, Sejuta Harapan” yang di laksanakan di Alun alun Pangbagea Pangandaran, Jumat, 9 Mei 2025.
Aksi penanaman pohon buah-buahan atau MPTS (Multi-Purpose Tree Species) ini secara spesifik dilaksanakan dalam Program RYCAM (Rural Youth Climate Action Movement), sebuah inisiatif JAMTANI yang berfokus pada generasi muda.
RYCAM, program yang digagas oleh JAMTANI, bertujuan untuk menjawab tantangan perubahan iklim yang menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan di Indonesia.
Program ini menyadari bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan (AFOLU) memiliki kontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia. Oleh karena itu, RYCAM berupaya menyelaraskan iklim, keanekaragaman hayati, pertanian, dan ketahanan pangan dengan mempromosikan pertanian skala kecil yang layak secara ekonomi dan tahan iklim.
” Yang tentunya RYCAM mendorong solusi berbasis alam dan pertanian rendah emisi (melalui “pertanian keren/sejuk”–Cool Farming), terutama dengan melibatkan petani muda dan perempuan, mahasiswa, serta petani Generasi-Z untuk mendorong transisi lintas generasi di sektor pertanian,” ucap Iwa Kustiwa Adinata selaku Direktur JAMTANI.
Menurutnya, program ini meliputi berbagai kegiatan, seperti School Challenge untuk meningkatkan kesadaran iklim siswa, studi kelayakan ekonomi dan teknis pertanian rendah emisi melalui CBFS (Climate Bussiness Field School), Kompetisi Petani Muda Keren/Sejuk (Cool Farmer Challenge).
“JAMTANI sendiri adalah organisasi petani skala kecil yang berfokus pada isu agroekologi JAMTANI merupakan anggota resmi dari berbagai jaringan internasional dan nasional, termasuk CAN Internasional, AOI dan AFA, KRKP, KEPAL, ICCA, dan IFOAM,” ujarnya.
Organisasi ini memiliki pengalaman panjang dalam isu iklim sejak tahun 2005 melalui berbagai program seperti Recovery Pasca Tsunami Aceh dan Pangandaran, CALP (Climate Adaptation Process), CRAIIP (Climate Resilience Adaptation Investigation and Innovation Project), dan LHP untuk Adaptasi, Mitigasi dan PRB (Pengurangan Resiko Bencana).
Dalam menjalankan kegiatannya, kata Iwa, JAMTANI menerapkan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat, menjaga keseimbangan ekosistem, pengembangan musuh alami, pengamatan mingguan agroekosistem, dan menjadi petani ahli.
JAMTANI menyadari bahwa petani adalah kelompok yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, sehingga program-programnya diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas petani agar lebih tahan terhadap perubahan iklim.
Dalam penanaman ini, JAMTANI mempromosikan 20 persen tanaman endemik dan 80 persen pohon berbuah seperti alpukat, mangga, jambu, dan sawo.
“Dengan begitu, masyarakat tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga bisa mendapat manfaat ekonomi saat pohon-pohon itu mulai berbuah dalam dua atau tiga tahun ke depan,” jelas Iwa.
Ia berharap kegiatan ini bisa menjadi kebiasaan jangka panjang yang berdampak positif, terutama bagi generasi muda.
“Intinya, kita ingin membangun kesadaran yang diikuti dengan tindakan nyata yang memberikan manfaat, baik bagi lingkungan maupun ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Celcilia (24), WNA asal Jerman mengaku terkesan dengan keterlibatan anak muda di Indonesia dalam kegiatan pertanian dan pelestarian lingkungan.
“Di negara saya, tidak banyak anak muda yang terlibat langsung seperti ini. Untuk memotivasi mereka, kita tidak cukup hanya mengatakan ‘kamu harus begini’, tapi perlu melibatkan mereka langsung seperti yang dilakukan di sini,” ungkapnya.
Ke depan, Celcilia berharap Indonesia bisa terus memberdayakan kaum muda agar semakin peduli, termotivasi, dan menginspirasi satu sama lain dalam menjaga alam. Pungkasnya. (Eris)